Minggu, 20 November 2011

SARANA BERPKIR ILMIAH


A.    Pendahuluan
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia, untuk membedakan antara manusia dengan mahluk lain. Berpikir disebut juga sebagai proses bejayanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Dengan demikian akal merupakan intinya. Akal merupakan salah satu unsure kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran disamping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditentukan. Sarana berpikir ilmiah mutlak perlu dipelajari dan dikuasai bagi seorang ilmuwan, karena sarana berpikir ilmiah mepupakan alat dari cabang-cabang pengetahuan untuk pengembangan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yakni : (1) bahasa ilmiah, (2) logika dan matematika, serta (3) logika dan statistika.
B.     Bahasa Ilmiah
Bahasa pada dasarnya terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang penggolongan bahasa dan bagaimana cara menjelaskan istilah-istilah dalam bahasa ilmiah.

1.      Penggolongan Bahasa
Bahasa merupakan alat yang tepat untuk menyatakan pikiran atau perasaan, oleh karena itu,bahasa merupakan alat terpokok dalam hubugan antar manusia.
Dalam penelaahan bahasapada umumnya dibedakan antara bahasa alami bahasa buatan.
Bahasa Alami. Bahasa ialah  bahasa sehari-hari yang dipergunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alami ada dua macam, yakni :bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan. Bahasa ialah bahasa yan disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbanga akal pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan atas dua macam, yakni : bahasa istilah dan bahasa artifisial.

Perbedaan bahasa alami dan bahasa buatan selengkapnya sebagai berikut:
Bahasa Alami
Bahasa Buatan
Antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya:
·    Secara spontan
·    Bersifat kebiasaan
·    Intuitif (bisikan hati)
·    Pernyataan lansung.
Antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal, karena bahasanya:
·    Berdasarkan pemikiran
·    Sekehendak hati
·    Diskursif (logik, luas arti)
·    Pernyataan tidak lansung.

2.      Penjelasan atau Definisi
Definisi berasal dari kata latin “definire” yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu, menetukan batas, member ketentuan atau batasan arti, jadi “definisi” dapat diartikan sebagai penjelasan apa yang dimaksud dengan sesuatu istilah, atau dengan kata lain definisi ialah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu istilah.
Pernyataan yang memuat penjelasan arti atau definisi harus terdiri atas dua bagain, dan dua bagian ini harus ada, jika tidak bukanlah suatu definisi, yaitu:
Bagian pangkal disebut dengan istilah “definiendum” yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut dengan “definiens” yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal.


Macam-macam definisi
1)      Definisi normalis, ialah menjelaskan sebuah istilah dengan kata lain yang lebih dimengerti. Ada tiga definisi yang sering digunakan.
·         Definisi sinonim
·         Definisi simbolik
·         Definisi etimologis
2)      Definisi realis, ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah.
·         Definisi esensial
·         Definisi deskriptif
3)      Definisi prakris, ialah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan dan tujuannya yang sederhana.
·         Definisi operasional
·         Definisi fungsional
Definisi dan ilmu
Definisi adalah sangat penting dalam ilmu, sesuai dengan hakikat ilmu itu sendiri, ilmu adalah bentuk pengetahuan yang telah ditentukan batas-batasnya, sehingga jelas batas antara ilmu satu dengan ilmu lain. Ilmu membutuhkan formalisasi atau bahasa formal yang khas. Maksud formalisasi adalah untuk menyederhanakan hingga semua lebih skematis, lebih jelas meskipun menjadi lebih abstrak.
C.    Logika dan Matematika
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berfikir deduktif. Pola berfikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun yang lain, misal:
Jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedang B tiada hubungan dengan C, maka A tiada hubungan dengan C.

1.      Hukum Dasar Penalaran
Hukum-hukum penyimpulan yang berbentuk silogisme ini ada dua kelompok: (1) hukum berbentuk silogisme kategorik, (2) hukum berbentuk sikologisme majemuk.
Penyimpulan kategorik
Hukum tersebut ada tujuh prinsip, tiga diantaranya (1-3)  merupakan perluasan dari “prinsip persamaan” dan “prinsip perbedaan”, empat diantanya (4-7) merupakan perluasan dari “prinsip distribusi alternatif” dan “prinsip distribusi negatif”.
Contoh: jika semua X adalah Y, dan semua Y bukan Q, maka kesimpulannya semua X bukan Q.
Penyimpulan majemuk
Hukum yang berbentuk silogisme mejamuk ini akan dikemukakan bentuk logic penyimpulan dengan menggunakan sumusan simbolik.
Contoh: jika permintaan menurun harga makin turun, dan ternyata harga tidak turun, maka kesimpulan permintaan tidak menurun.
Penggunaan praktis
Hukum diatas hanya sebagian dari hukum logika, dan hukum sederhana akan dikembangkan lebuh lanjut dalam matematika.

2.      Fungsi Penalaran Deduktif
a)      Struktur Logik Hukum
Logika sebagai alat penganalisis dalam bidang ilmu dapat dicontohkan misalnya ilmu hukum.
Contoh:
“barangsiapa nenyiarkan (x), mempertunjukkan (y) atau menempelkan (z) dimuka umum, tulisan (p) atau lukisan (q) yang mengandung pernyataan perasaan permusuhan (r), kebencian (s) atau penghinaan (t) terhadap Pemerintahan Indonesia, dan dengan maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun enam bulan (f) atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah (g)”.
Rumusan KUHP tersebut dapat dirumuskan secara simbolik sebagai berikut:
((x Ú y Ú z) É (p Ú q) É (r Ú s Ú t))  Þ (f Ú g)
Rumusan tersebut berbentuk implikasi terdiri dari dua bagian, bagian awal disebut anteseden dan bagian kedua disebut konsekuen.
Dibaca : jika (x atau y atau z) adalah (p atau q) bagian dari (r atau s atau t), maka (f ataukah g).

b)     Logika dan Teknologi
Persamaan antara logika proposisi dengan lintasan arus, dapat ditentukan sebagai berikut:
Logika
Rumusan
Lintasan Arus
Disjungsi
Konjungsi
Nilai benar
Nilai salah
Negasi
(p Ú q)
(p Ú q)
1
0
-p
Sejajar
Seri
Terhubung/hidup
Terlepas/mati
Negasi


D.    Logika dan Statistik
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya (premisme).
Logika induktif adalah sistem penalaran yang membedakan prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh-jadi.

1.      Pola Induksi Ilmiah
Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan pada umum sebagai hukum ilmiah, maka secara berurutan sebagai proses penalaran dapatlah disusun sebagai berikut:
1)      Observasi dan eksperimen.
2)      Hipotesis ilmiah
3)      Verifikasi dan pengukuhan
4)      Teori dan hukum ilmiah

2.      Penyimpulan Kausal
Penyimpulan kausal telah dirumuskan dalam bentuk suatu metode yang khusus untuk menarik kesimpulan dengan hubungan sebab akibat. Metode penyimpulan kausal, pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf Inggris, John Stuart Mill (1806-1873). Hingga metode tersebut disebut metode Mill.
Metode kausal ada lima macam, yaitu:
1)      Metode penyesuaian (method of agreement)
Yaitu jika dua peristiwa atau lebih dari suatu gejala tertentu memiliki satu faktor yang sama, maka faktor tersebut dapat dianggap sebagai sebab dari gejala itu. Contoh:
P1:
Di daerah A pada umumnya orang tua kurang perhatian pada anak, dan masyarakatnya kurang memperhatikan kegiatan anak muda kea rah positif, serta kurang sekali adanya pendidikan moral agama, sehingga kenakalan remaja makin meningkat.
P2
Di daerah B kurang sekali adanya pendidikan moral agama, dibentuk adanya karang taruna dan bahkan sering diadakan juga ceramah kepemudaan, terdapat juga kenakalan remaja makin meningkat.
KS
Dari tiga daerah dengan gejala yang sama tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa kurangnya pendidikan moral agama yang menyebabkan kenakalan remaja.

2)      Metode perbedaan (method of different)
Contoh:
P1
Didaerah A pada umumnya orang tua kurang perhatian pada anak dan masyarakatnya kurang memperhatikan kegiatan anak muda kea rah positif, serta kurang sekali adanya pendidikan moral agama, sehingga kenakalan remaja makin meningkat.
P2
Di daerah C juga umumnya orang tua kurang perhatian pada anak, dan masyarakat kurang memperhatikan kegiatan anak muda kearah positif, tetapi pendidikan moral agama banyak disampaikan, sehingga kenkalan remaja makin berkurang.
KS
Dari gejala daerah ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pendidikan moral agama yang mengakibatkan kenakalan remaja meningkat.

3)      Metode gabungan persesuaian dan perbedaan (Joint method of agreement and different)
Contoh:
P1
A Makan nasi gudeg, dan telur, serta minum the dalam botol, akibatnya sakit perut.
P2
B makan nasi goreng dan telur, serta minum the dalam botol juga sakit perut.
P3
C makan nasi gudeg dan telur, serta minum es jeruk, tidak sakit perut.
KS
Dapat disimpulkan bahwa minum the dalam botol itulah yang mengakibatkan sakit perut.

4)      Metode sisa (method of residues)
Contoh:
P1
Orbit Uranus itu selengkapnya dipengaruhi oleh gravitasi planet-planet di sekitarnya.
P2
Planet-planet disekitarnya yang diketahui gravitasinya hanya dapat menerangkan sebagian dari orbit Uranus.
KS
Maka bagian dari orbit Uranus yang tidak dapat diterangkan oleh gravitasi itu, yaitu penyelewengannya dari orbit yang diharapkan adalah disebabkan oleh sesuatu planet yang belum diketahui.

5)      Metode perubahan seiring (method of concomitant variations)
Contoh:
P1
Tamanan padi disawah dirawat dengan teratur oleh petani, hama dicegah dengan baik, dan diberi pupuk kandang dengan takaran tertentu, ternyata hasilnya meningkat sedikit.
P2
Tanaman padi disawah dirawat dengan teratur, hama dicegah dengan baik dan diberi pupuk kandang dengna takaran tertentu lebih sedikit, terbukti hasilnya meningkat banyak.
KS
Maka dapat disimpulkan bahwa pupuk kandang dapat meningkatkan hasil tanaman padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar