Sabtu, 18 Februari 2012

ASAL MULA NAMA BENGKALIS


Asal mula nama Bengkalis diambil dari Kata " Mengkal" yang berarti sedih atau sebak dan " Kalis" yang bearti tabah, sabar dan tahan ujian kata ini di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu baginda sampai di pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. dengan ungkapan " Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini " sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan " oh baginda sedang Mengkalis " dari kisah ini timbullah kata mengkalis, bahkan berubah menjadi kata Bengkalis.
Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau di sambut oleh batin Senggoro dan beberapa Batin pucuk suku "asli" Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Berita Raja Kecil adalah pewaris kerajaan Johor semakin menumbuhkan rasa hormat Batin-Batin di maksud, sehingga mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis.
Namun melaui musyawarah beliyau dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan Datuk Kampar dan para Batin, di sepakati bahwa pusat kerajaan didirikan di dekat Sabak Aur yakni di sungai Buantan salah satu anak Sungai Siak, pusat kerajaan itu didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang menjadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah menguasai kawasan yang luas di pesisir pantai Sumatra bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh.
Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak. Di Bengkalislah wawasan mendirikan kerajaan Siak di mufakati. Dan di Bengkalis pula bantuan moral dari rakyat di padukan ketika beliau keluar dari Bintan. Sejarah juga mencatat, setelah belanda semakin berkuasa. Maka Bengkalis pula yang menjadi tempat kedudukan residen pesisir timur pulau Sumatra berdasarkan perjanjian dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin menyerahkan pulau bengkalis kepada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823.
Sejarah juga mencatat sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis sudah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di selat Melaka. Terutama sebagai persinggahan saudagar yang keluar masuk sungai Siak. Bahkan sejak Tapung (Petapahan) di temui timah (1674) dan emas.peran Bengkalis dalam hubungan Melaka dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra semakin besar, terutama dimasa berdirinya kerajaan Gasib. Di masa pemerintahan Sultan Mansur Syah tahun (1459-1477) Gasib di kuasai oleh Melaka, raja Gasib yang belum menganut agama Islam di Islamkan dan di beri gelar Sultan " Ibrahim" dan di jadikan wakil Sultan Melaka di Gasib, sejak itu kerajaan Gasib di bawah kepimpinan Sultan Ibrahim ( Sebelum di Islamkan bernama Megat Kudu) menjadi kawasan pengembangan Islam.

Sinopsis Kuburan Dara Sembilan
Berikut ini adalah Sinopsis tentang Kuburan dara Sembilan atau disebut juga Benteng Batin Hitam (Senggoro) Encik-encik, Puan-puan dan Tuan-tuan Sejak saman dahulu yaitu sekitar tahun 1512 Bengkalis yang kita cintai ini sudah ada, bahkan dapat dikaitkan dengan zaman prasejarah. Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia, dengan pola kehidupan yang sangat tradisional, dan telah memiliki tatanan pemerintahan yaitu dalam bentuk perbatinan (pemerintahan), terutama perbatinan orang-orang suku asli dan perbatinan Senggoro di Senggoro dan Batin Alam di Sungai Alam, Batin Penebal di Penebal, Batin Senderak di Senderak, Batin Kembung di Kembung, Batin Bengkalis di Bengkalis, Batin Putih di Ketam Putih.
Meskipun perbatinan Senggoro dikala itu masih memeiliki lingkungan yang sangat kecil sekali disinilah sebagai pusat pemerintahan kampong Bengkalis perbatinan Senggoro terletak dipesisir Pulau Bengkalis, telah memiliki tatanan pemerintahan yang sangat disegani dan diperhitungkan karena telah memiliki orang-orang pilihan dan terlatih serta berani mempertaruhkan nyawanya dalam mempertahankan wilayahnya.
Perbatinan dibawah pimpinan Batin Hitam (Batin Senggoro) mereka telah mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang sampai saat ini dikenal dengan nama “Benteng Batin Hitam (Batin Senggoro)”, nbenteng persembunyian Para gadis kampong Bengkalis yang saat ini dikenal dengan nama “Kuburan Dara Sembilan”.
Benteng Batin Hitam, dahulunya dilengkapinya dengan meriam-meriam yang terpasang dan siap untuk ditembakkan terhadap para musuh atau lanun yang akan mengganggu ketentraman kampung Bengkalis. Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan Benteng khusus untuk melindungi para dara jelita (gadis) kampong Bengkalis dari serangan Portugis dan Lanun yang suka memaksa atau menculik para dara/gadis. Dari itu Batin Hitam membangun benteng tempat persembunyian para gadis/dara yang letaknya lebih kurang 75 Meter dari Benteng Batin Hitam.
Kematian dara/gadis sebanyak sembilan orang itu bermula dari kejadian kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis atau lanun. Sembilan orang gadis atau dara disembunyikan di dalam benteng tersebut yang kunci rahasianya berada dibagian luar, sedangkan juru kuncinya melakukan perlawanan menyerang Portugis atau Lanun. Serangan Portugis atau Lanun sangat dahsyatnya sehingga mengakibatkan benteng itu roboh dan menutupi tempat kunci rahasia, sehingga pintu persembunyian tidak bias dibuka dan menyebabkan sembilan dara atau gadis terkubur dibenteng itu dan tidak tertolong. Mereka meninggal secara bersama di dalam benteng itu, sampai sekarang benteng itu disebut “Kuburan Dara Sembilan”.

Namun dengan kerja keras Batin Hitam dan kawan-kawan yang belum tergoyahkan menghasilkan kemenangan yang membuat para lanun mundur mengakui kekalahannya. Demikian Terima Kasih
Wabillahitaufikwalhidayah. W.W
Bengkalis, 30 Juli 2004
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis.

Sejarah Tengku Bagus Said Toha
Tengku Bagus Said Toha lahir di Siak Sri Indrapura pada tahun 1830. Orang tua beliau adalah Raja Siak Sri Indrapura yang ke-X (kesepuluh). Ayah beliau bernama Sultan Syarif Kasim I dan Ibunda beliau bernama Tengku Ampuan.
Tengku Bagus Said Toha mempunyai beberapa orang saudara kandung antara lain : 1. Tengku Embung 2. Tengku Muda 3. Tengku Tanudi 4. Tengku Hasyim
5. Tengku Bagus Said Toha 6. Tengku Mah Bungsu 7. Tengku Anum Diantara saudara kandung Tengku Bagus Said Toha yang terkenal adalah Tengku Hasyim adalah Tengku Hasyim yaitu Raja Siak Sri Indrapura ke XI (kesebelas). Tengku Hasyim adalah Ayahnda dari Sultan Syarif Kasim Raja Siak Sri Indrapura ke XII (keduabelas) yang saat ini telah dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional.
Tengku Bagus Said Toha mempunyai dua orang istri. Istri pertama bernama Cik Tekah dan Istri kedua bernama Tengku Long Cito Syarifah Latifah.

Dari Kedua Istrinya itu beliau dikaruniai 11 (sebelas) orang anak yaitu :

1.  Tengku Embik
2.  Tengku Bih
3.  Tengku Sukma
4.  Tengku Daud
5.  Tengku Usman
6.  Tengku Kelana
7.  Tengku Endut
8.  Tengku Bakar
9.  Tengku Basnu
10. Tengku Aminah
11. Tengku Rahmah


Jasa-jasa Beliau Semasa Hidup

Tengku Bagus Said Ta bersama-sama saudaranya Tengku Hasyim sangat menentang penjajahan Belanda yang masuk ke Siak Sri Indrapira pada waktu itu.

Setelah berperang akhirnya Tengku Hasyim mengatakan kepada Tengku Bagus Said Toha bahwa beliau akan mengadakan perundingan damai dengan Belanda karena tak tahan lagi melihat penderitaan yang dialami rakyatnyau berpendapat bahwa Belanda tak bias ditaklukkan dengan jalan perang dan kekerasan namun akan dimenanginya dengan jalan damai dan politik.

Akan halnya Tengku bagus Said Toha beliau tidak setuju dengan pendapat saudaranya Tengku Hasyim karena tak mau menyerah begitu saja dan akibat dari perbedaan pendapat inilah maka terjadi kesalahfahaman diantara keduanya.

Tengku Bagus Said Toha karena merasa pendapatnya tidak dipakai oleh Tengku Hasyim maka beliaupun tersinggung dan bermaksud meninggalkan Siak Sri Indrapura bahkan beliau bersumpah tidak akan kembali ke Siak Sri Indrapura. Sumpah tersebut berbunyi :

“TIMBUL BATU TENGGELAMLAH SABUT BARU AKU BALIK KE SIAK”

Tengku Bagus Said Toha akhirnya pindah ke Bengkalis tepatnya di daerah Kelapapati kemudian Beliau pindah lagi ke Damon. Sejak kepindahannya ke Bengkalis Beliau tidak pernah lagi mengingat kampong kelahirannya Siak Sri Indrapura,ekan saudaranya Tengku Hasyim telah dilantik menjadi Sultan Siak yang ke XII (kesebelas).

Karena hatinya telah sakit dan terlalu kecewa maka Tengku Bagus Said Toha pun berpantun yang berbunyi :

“CIK BADIK MENIKAM BADIK BADIK DITIKAM SEBIJI LADA DIA BERAMUK DUA BERADIK NEGERI PULANG PADA BELANDA”

Kepercayaan Masyarakat Terhadap Situs Tengku Bagus Said Toha.

Masyarakat kebanyakan menganggap maka Tengku Bagus Said Toha sebagai maka keramat. Tetapi oleh ahli keluarga Tengku bagus Said Toha melarang hal tersebut.

Penjaga Makam Tengku bagus Said Toha

M.Ali Hamzah

Nara Sumber :
1. H. Tengku Abu Bakar
2. H. Tengku Mukhtar
3. H. Tengku Mustafa
4. Tengku Mahintan (cucu dari Tengku Bagus Said Toha)

Bandar Bengkalis


Bandar Bengkalis terletak di Pulau Bengkalis yang berbatasan sebelah utara dan timur dengan Selat Malaka, sebelah selatan dan barat dengan Selat BEngkalis. Pulau yang lebih dikenal dengan julukan pulau terubuk ini, menurut cerita orang tua-tua dari mulut ke mulut yang dapat dipercaya pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1645 Masehi, pernah ada sepasang suami istri tiba di kampong Muntai yaitu sebuah desa yang terletah di sebelah utara pulau Bengkalis, mereka datang dari negeri seberang yakni Malaka.

Sebagai pendatang dari sebuah negeri yang memiliki tamadun yang tinggi, tak pelak lagi bahwa mereka menjadi tempat bertanya bagi penduduk tempatan. Mereka bergaul dengan tidak ada merasa asing lagi, dan dari hari kehari pergaulan mereka semakin akrab. Namun sebagai suami istri yang sudah lama menikah, mereka belum dikaruniai seorang anak.

Didorong oleh rasa ingin memiliki anak, akhirnya mereka mengangkat seorang anak perempuan, kemudian diberi nama Intan. Selang beberapa lama Ibu angkat Intan hamil pula, dan tak beberapa lama kemudian lahir pula seorang anak perempuan yang mereka beri nama Encik Mas.

Buka saja pertumbuhan dan perkembangan kedua anaknya saja semakin hari semakin bertambah, demikian pula halnya dengan laut Muntai / Selat Malaka yang kian ramai dilewati perahu-perahu asing. Mengingat letak kampung Muntai sangat berdekatan sekali dengan Bandar Malaka dan banyaknya pendatang yang datang membeli buah suntai, maka oleh Ayah Encik Mas mengusulkan kepada Batin Muntai agar ditunjuk seseorang menjadi Datuk Bandar yang berkedudukan di Muntai. Setelah melalui beberapa ujian sepakatlah seluruh Batin menunjuk Ayah Encik Mas menjadi Datuk Bandar Bengkalis yang pertama.

Pada tahun 1675 Masehi Datuk Bandar pertama Bengkalis meninggal dunia dan hal ini seiring dengan beranjak dewasa kedua putrinya, sebagai penggantinya maka ditunjuklah anak kandungnya Encik Mas sebagai Datuk Bandar Bengkalis yang kedua.

Dalam upaya menjaga ketertiban dan ketentraman pulau Bengkalis, Encik Mas telah membentuk badan keamanan di dalam Bandar dan beliau tidak mengizinkan untuk mendirikan angkatan bersenjata dan kenderaan laut, karena menurut beliau bila hal ini dibentuk akan menimbulkan niat jahat menyerang negeri lain.

Putra Raja Bone dating ke Bengkalis

Selang beberapa waktu kemudian, sekitar tahun 1680 Masehi, Pulau Bengkalis didatangi oleh sebuah perahu layer, kalau ditinjau dari peralatannya dapatlah dikatakan sebuah kapal perang dari Sulawesi Selatan yaitu Wajok. Didalamnya terdapat empat orang putra Sultan Wajok, yaitu masing-masing bernama Daeng Tuagik, Daeng Puarik, Daeng Ronggik dan Daeng Senggerik.

Selang beberapa purnama tinggal di Bengkalis, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalannya dan mohon diri kepada Datuk Bandar. Akan tetapi salah seorang dari mereka ini, yaitu Daeng Tuagik tidak ikut melanjutkan perjalanan, dengan alasan bahwa beliau belum puas tinggal di Bengkalis.

Selama tinggal di Bengkalis timbul niatnya untuk mempersunting Encik Mas. NIat tersebut disampikannya kepada Encik Mas, ternyata niat Daeng Tuagik mendapat tanggapan baik dari Encik Mas.

Melalui perantaraan orang-orang Encik Mas menyampaikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oelh Daeng Tuagik bila kelak menjadi suami Encik Mas, yaitu sebagai berikut :

1. Keturunannya (Daeng Tuagik dengan Encik Mas) hingga keanak cucu nantinya,
    tidak boleh memakai gelar dari Sulawesi.
2. Daeng Tuagik sendiri tidak boleh membentuk angkatan bersenjata di laut,
    sebagaimana terdapat dalam dasar pemerintahan Bugis.

Maka diterimanyalah syarat-syarat tersebut. Tidak beberapa lama kemudian diadakan acara peminangan dan berlanjut dengan dilaksanakan acara yang meriah sekali .

Pada usia perkawinan Datuk Bandar Bengkalis dengan Daeng Tuagik genap satu tahun bertepatan dengan itu pula atas mufakat bersama ditabalkan Daeng Tuagik sebagai ketua Panglima-panglima yang ada di Bengkalis dengan gelar Panglima Tuagik, di bawah Pemerintah Datuk Bandar Bengkalis.

Panglima Tuagik adalah keturunan dari dua suku Bangsa Bugis yang dikenal gagah berani dan perkasanya, yaitu mengarungi lautan dan menghapuskan segala perampok atau menghadang kapal-kapal Belanda yang berniat menjajah bangsanya.

Ibu Negeri Bengkalis Dipindahkan Dekat Sungai Bengkalis

Daeng Tuagik berniat memindahkan ibu Negeri Bengkalis. Hal ini disampaikannya kepada Istrinya Datuk Bandar Bengkalis dengan alasan Ibu Negeri sekarang tidak sesuai lagi dengan keadaan, menurutnya harus dipindahkan dekat Sungai Bengkalis yang posisinya menghadap Selat Bengkalis.

Sekitar tahun 1690 Masehi Encik Mas melahirkan seorang anak laki-laki, maka mereka memberi nama Jamal dan setelah anak ini dewasa dinamakannya Encik Jamal. Setelah berumur tiga puluh tahun, maka oleh Ibundanya diangkatlah Encik Jamal sebagai Datuk Bandar Jamal.

Sekitar tahun 1720 Masehi terpikir pula oleh Datuk Bandar Jamal, untuk membuat sebuah perahu, maka dibuatnyalah sebuah perahu yang amat besar, perahu tersebut menyerupai perahu-perahu yang banyak terdapat di daerah Sulawesi. Setelah perahu tersebut siap maka perahu itu diberi warna kuning bertumpuk-tumpuk pada bagian badannya dengan memakai layer Bugisnya. Layer dan Jip (layar kecil di depan) berwarna putih. Perahu yang besar itu diberi nama Lancang kuning. Pada tahun 1720 Masehi itu juga dikawinkanlah Datuk Bandar Jamal dengan anak Datuk Batin Senderak.

Panglima Tuagik Ikut Menyerang Johor

Setelah mendengar maksud dan tujuan Yang Dipertuan Raja Kecil, orang-orang Bengkalis ingin bersama-sama membantu perjuangan Raja Kecil itu. Untuk membantu maksud tersebut dibentuklah sebuah angkatan yang dikepalai oleh Datuk Panglima Tuagik, siap siaga menunggu perintah. Dipenghujung tahun 1720 Masehi Pasukan Panglima Tuagik beserta Raja Kecik berlayarlah menuju Johor.

Setelah Pertempuran hamper reda dan keadaan dapat dikendalikan, Yang Dipertuan Raja Kecil dilantik menjadi Sultan Johor yang Bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah pada tahun 1720. adapun Panglima Tuagik, setelah Penabalan Yang Dipertuan Raja Kecil menjadi Sultan, Iapun kembali ke Bengkalis beserta Panglima-panglima membawa kemenangan yang gemilang. Semenjak kepulangan itu Beliau selalu saja berada dalam Lancang Kuning Anaknya.

Pada tahun 1722 Masehi ibunda dari Datuk Bandar Jamal yaitu Encik Mas jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Adapun istri dari Datuk Bandar Jamal melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Encik Ibrahim.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis

Panglima Minal


Menurut sejarah, Panglima Minal wafat pada usia 91 tahun sekitar 1700 M. Pada zaman pemerintahan Sultan Siak Jalil Rahmad Syah.

Berawal dari tragedy kekacauan oleh perampok / bajak laut atau lanun yang merajalela di perairan Selat Bengkalis terutama Tanjung Kongkong sampai Tanjung Jati.

Kekhawatiran serta kewalahan para Panglima yang ada di kerajaan Siak pada saat itu dalam menghadapi kekacauan yang dilakukan para bajak laut. Sultahn Siak Jalil Rahmad Syah mengeluarkan titah kepada masyarakat bahwa, barang siapa yang dapat menumpas para lanun / perampok yang berleluasa di laut perairan Selat Bengkalis, Sultan berjanji akan melantiknya menjadi Panglima Kerajaan.

Mendengar titah Sultan Siak itu seorang pemuda yang bertubuh kekaar, perkasa dan berjambang yang bernama Minal diam-diam menyanggupi titah Sultan untuk menumpas para lanun yang membuat keonaran tersebut.

Minal melakukan penyisiran di perairan Selat Bengkalis dengan menggunakan perahu kecil, di suatu wilayah Minal bertemu dengan tongkang si bajak laut, disitulah Minal bermula memperkenalkan taringnya sebagai wira, membuat para lanun menjadi kecut menghadapi Minal yang tidak meminta perkelahian melainkan hanya meminta beberapa batang paku yang berukuran 5 inchi beberapa batang, apabila para si bajak laut itu mendengar permintaan Minal, mereka segera memenuhi permintaannya.

Setelah Minal menerima beberapa batang paku besi lima inchi tersebut, lalu melahap habis paku tersebut kemudian Minal meludahkan air liurnya kehadapan para lanun itu, mereka tak berkutij ketakutan dan menyerah kepada Minal dan berjanji tidak akan membuat keonaran di selat Bengkais. Semua lanun digiring oleh Minal ke Siak dan dipersembahkan kepada Sultan Siak, oleh Minal yang telah menaklukkan para lanun Sultan Jalil Rahmad Syah melantik Minal sebagai Panglima Kerajaan.

Selain menghadapi dan menaklukkan para lanun Panglima Minal diuji menghadapi para Panglima Kerajaan terdahulu seperti :
1. Panglima Megat Alam
2. Panglima Emping Bermintah
3. Panglima Kenaik
4. Panglima Tunggang
5. Panglima Nayan (Rupat)
6. Panglima Muhammad (Kubu)
7. Panglima Hasyim (Kubu)


Apabila peluru yang diacungkan kehadapan Panglima Minal dan ditembakkan ternyata peluru tersebut tidak menjejaskan dan jatuh tepat di hadapan kakinya. Dari kejadian itu Sultan benar-benar takjub dan yakin akan kehandalan Panglima Minal.

Setelah melalui uian itu Panglima Minal dinobatkan untuk memimpin keamanan wilayah perairan pesisir Pulau Bengkalis.

Panglima Minal yang mempunyai istri 7 orang, dari Suku Gasib, dan dari Suku Duyun serta Buyud (istri) beliau dari Burk Bakul dan ahli warisnya masih bayak terdapat di Bengkalis.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis






1 komentar: